Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. DekomposisiDengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1. Aksioma ResiprokalAksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
Kelebihan
- Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Kelemahan
- Ketergantungan model AHP pada input utamanya.
- Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah-langkah AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode
“pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
Contoh Kasus
Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk membelikan sepeda motor sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu motor Ninja, Tiger dan Vixsion . Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda motor yang nantinya akan dia beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang bagus, berkualitas serta irit dalam bahan bakar.Penyelesaian
- 1. Tahap pertama
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit |
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas |
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas |
Kriteria | Desain | Irit | Kualitas | Priority Vector |
Desain | 1 | 2 | 3 | 0,5455 |
Irit | 0,5 | 1 | 1,5 | 0,2727 |
Kualitas | 0,333 | 0,667 | 1 | 0,1818 |
Jumlah | 1,833 | 3,667 | 5,5 | 1,0000 |
Pricipal Eigen Value (lmax) | 3,00 | |||
Consistency Index (CI) | 0 | |||
Consistency Ratio (CR) | 0,0% |
Cara membuat table seperti di atas
- Untuk perbandingan antara masing – masing kriteria berasal dari bobot yang telah di berikan ADI pertama kali.
- Sedangkan untuk Baris jumlah, merupakan hasil penjumalahan vertikal dari masing – masing kriteria.
- Untuk Priority Vector di dapat dari hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan Jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
- Untuk mencari Principal Eigen Value (lmax)
- Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus
- Sedangkan untuk menghitung nilai CR
- Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari
n | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
RI | 0 | 0 | 5,8 | 0,9 | 1,12 | 1,24 | 1,32 | 1,41 | 1,45 | 1,49 |
Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% , ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.
- 2. Tahap Kedua
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit |
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas |
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas |
Ninja 4 kali desainnya lebih baik daripada tiger |
Ninja 3 kali desainnya lebih baik dari pada vixsion |
tiger 1/2 kali desainnya lebih baik dari pada Vixsion |
Ninja 1/3 kali lebih irit daripada tiger |
Ninja 1/4 kali lebih irit dari pada vixsion |
tiger 1/2 kali lebih irit dari pada Vixsion |
Desain | Ninja | Tiger | Vixsion | Priority Vector |
Ninja | 1 | 4 | 3 | 0,6233 |
Tiger | 0,25 | 1 | 0,5 | 0,1373 |
Vixsion | 0,333 | 2 | 1 | 0,2394 |
Jumlah | 1,583 | 7 | 4,5 | 1,0000 |
Pricipal Eigen Value (lmax) | 3,025 | |||
Consistency Index (CI) | 0,01 | |||
Consistency Ratio (CR) | 2,2% |
Irit | Ninja | Tiger | Vixsion | Priority Vector |
Ninja | 1 | 0,333 | 0,25 | 0,1226 |
Tiger | 3 | 1 | 0,5 | 0,3202 |
Vixsion | 4 | 2 | 1 | 0,5572 |
Jumlah | 8 | 3,333 | 1,75 | 1,0000 |
Pricipal Eigen Value (lmax) | 3,023 | |||
Consistency Index (CI) | 0,01 | |||
Consistency Ratio (CR) | 2,0% |
Irit | Ninja | Tiger | Vixsion | Priority Vector |
Ninja | 1,00 | 0,010 | 0,10 | 0,0090 |
Tiger | 100,00 | 1,00 | 10,0 | 0,9009 |
Vixsion | 10,00 | 0,100 | 1,0 | 0,0901 |
Jumlah | 111,00 | 1,11 | 11,10 | 1,0000 |
Pricipal Eigen Value (lmax) | 3 | |||
Consistency Index (CI) | 0 | |||
Consistency Ratio (CR) | 0,0% |
- 3. Tahap ketiga
Overall composit weight | weight | Ninja | Tiger | Vixsion |
Desain | 0,5455 | 0,6233 | 0,1373 | 0,2394 |
Irit | 0,2727 | 0,1226 | 0,3202 | 0,5572 |
Kualitas | 0,1818 | 0,0090 | 0,9009 | 0,0901 |
Composit Weight | 0,3751 | 0,3260 | 0,2989 |
- Kolom Weight diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria.
- Ketiga kolom lainnya (Ninja, Tiger dan Vixsion) diambil dari kolom Priority Vector ketiga matrix Desain, Irit dan Kualitas.
- Baris Composite Weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel diatasnya dengan weight.
0 komentar:
Post a Comment